Ismail
a said pemuda cerdas & kreatif asal lampung yang memulai karier di jakarta
tahun 1971. Di jakarta sebagai pegawai di sebuah perusahaan. Walaupun hanya
lulusan SMA ismail adalah anak yg cerdas dan selalu berpikir diluar kotak
"out of the box". Ia bekerja dengan penuh semangat & tidak kenal
lelah. Namun aktifitasnya sebagai pegawai ia merasa sangat bosan dan monoton. Ia
selalu mendapatkan gejolak di hatinya, ia menganggap kerja sebagai pegawai itu
seperti robot yg terus menerus berulang setiap harinya. Ia pun memutuskan untuk
resign, karena merasa kreatifitasnya mati dan selalu berpikir yg monoton.
Setelah
resign dari perusahaan tersebut ismail pun melanglang buana di dunia perbankan.
Karena ia cerdas dan kreatif di tahun 1985 ia berprestasi dan di hormati oleh
lingkungan kantor. Walaupun disana ia dihormati dan disegani,setelah 9 tahun
bekerja di citibank dengan prestasi yg memuaskan,Ismail mendapatkan gejolak
lagi,di dalam hatinya berkata "apakah yg saya lakukan ini benar?" ,
"mengapa syarat bunga yg ada begitu besar?"," Mengapa
peraturan" disini tidak adil untuk nasabah?" ,"apakah peraturan
ini sah dimata agama?". Usia yg sudah matang ismail pun mendapatkan
kesadaran spiritual yg luar biasa. Dengan adanya penolakan dihatinya seperti
itu ia pun memutuskan untuk resign kembali, dan akhirnya di tahun 1996 ismail
beralih ke bank muamalat. Di bank muamalat ia langsung diangkat menjadi vice
president, di bank tersrebut ia berkarier hingga waktunya ia pensiun.
Di
tahun 2008 setelah ismail pensiun dan menikmati pensiunnya.Ismail kembali
merasa kegiatannya monoton "mentang mentang sudah pensiun bukan berarti
harus diam saja kan?" itulah yg ada di benaknya. Lalu ia berfikir dengan
usia yg cukup tua apa yg ia bisa kerjakan. Tak berlangsung lama saat ia
berpikir untuk memutuskan apa yg harus dikerjakan ,tiba" ismail ditawarkan
oleh DD korporat untuk bergabung bersama mereka sebagai amil zakat & ketua
DD korporat, dengan usia yg matang dan spiritualnya juga matang ismail
menyetujui tawaran tersebut. Di DD korporat ismail merasa senang karena
kegiatan yg monoton sudah hilang ,dan sekarang ia harus menghadapi persoalan
baru yg butuh kreatifitas. Ismail dengan piawai mengelola segala macam
persoalan dengan strategi" jitu ala ismail. Ia mengatur strategi untuk
mengirimkan dana ke palestine , membuka jalan di daerah terpencil , membawa
bantuan saat gerakan aceh merdeka berlangsung (GAM) , membuka pos pos untuk
bantuan" kemanusiaan dan banyak lagi.
Sekilas
tentang DD korporat:
Dompet
Dhuafa Republika adalah lembaga nirlaba milik masyarakat indonesia yang
berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF
(Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, serta dana lainnya yang halal dan legal, dari
perorangan, kelompok, perusahaan/lembaga). Kelahirannya berawal dari empati
kolektif komunitas jurnalis yang banyak berinteraksi dengan masyarakat miskin,
sekaligus kerap jumpa dengan kaum kaya. Digagaslah manajemen galang kebersamaan
dengan siapapun yang peduli kepada nasif dhuafa. Empat orang wartawan yaitu
Parni Hadi, Haidar bagir, S. Sinansari Ecip, dan Eri Sudewo berpadu sebagai
Dewan Pendiri lembaga independen Dompet Dhuafa Republika.
AWAL
KEHADIRAN
Awalnya
adalah sebuah kebetulan, walau sebagai orang yang beriman, kita percaya tidak
ada sebuah kebetulan. Semuanya sudah ditentukan oleh Allah, Sang Maha
Perekayasa. April 1993, Koran Republika menyelenggarakan promosi untuk surat
kabar yang baru terbit tiga bulan itu di stadion Kridosono, Yogyakarta. Di
samping sales promotion untuk menarik pelanggan baru, acara di stadion itu juga
dimaksudkan untuk menarik minat masyarakat Yogya untuk membeli saham koran umum
Harian Republika.
Hadir
dalam acara itu Pemimpin Umum/Pemred Republika Parni Hadi, Dai Sejuta Umat,
(alm) Zainuddin MZ dan Raja Penyanyi Dangdut H. Rhoma Irama dan awak pemasaran
Republika. Memang, acara itu dikemas sebagai gabungan antara dakwah dan
entertainment.
Turun
dari panggung, rombongan Republika dari Jakarta diajak makan di restoran Bambu
Kuning dan di situ bergabung teman-teman dari Corps Dakwah Pedesaan (CDP) di
bawah pimpinan Ustadz Umar Sanusi dan binaan pegiat dakwah di daerah miskin
Gunung Kidul, (Alm) Bapak Jalal Mukhsin.
Dalam
bincang-bincang sambil santap siang, pimpinan CDP melaporkan kegiatan mereka
yang meliputi mengajar ilmu pengetahuan umum, ilmu agama Islam dan pemberdayaan
masyarakat miskin. Jadi anggota CDP berfungsi all-round: ya guru, dai dan
sekaligus aktivis sosial.
Ketika
Parni Hadi bertanya berapa gaji atau honor mereka per bulan, dijawab :
"Masing-masing menerima enam ribu rupiah sebulan." Kaget, tercengang
dan setengah tidak percaya, pimpinan Republika itu bertanya lagi: "Dari
mana sumber dana itu?" Jawaban yang diterima membuat hampir semua anggota
rombongan kehabisan kata-kata: "Itu uang yang sengaja disisihkan oleh para
mahasiswa dari kiriman orang tua mereka." Seperti tercekik, Parni Hadi
menukas: "Saya malu, mohon maaf, sepulang dari Yogyakarta ini saya akan
membuat sesuatu untuk membantu teman-teman." Zainuddin MZ segera
menambahkan: "Saya akan bantu carikan dana."
Mengapa
kaget, tercekik dan segera bereaksi? Karena Rp6000 waktu itu jumlah yang kecil
untuk ukuran Yogyakarta, apalagi untuk ukuran Jakarta, sangat-sangat kecil.
Apalagi, uang itu berasal dari upaya penghematan hidup para mahasiwswa.
Peristiwa
itulah yang menginspirasi lahirnya Dompet Dhuafa Republika. Dari penggalangan
dana internal, Republika lalu mengajak segenap masyarakat untuk ikut
menyisihkan sebagian kecil penghasilannya. Pada 2 Juli 1993, sebuah rubrik di
halaman muka Harian Umum Republika dengan tajuk "Dompet Dhuafa" pun
dibuka. Kolom kecil tersebut mengundang pembaca untuk turut serta pada gerakan
peduli yang diinisiasi Harian Umum Republika. Tanggal ini kemudian ditandai
sebagai hari jadi Dompet Dhuafa Republika.
Rubrik
"Dompet Dhuafa" mendapat sambutan luar biasa, hal ini ditandai dengan
adanya kemajuan yang signifikan dari pengumpulan dana masyarakat. Maka, muncul
kebutuhan untuk memformalkan aktivitas yang dikelola Keluarga Peduli di
Republika.
Pada 4
September 1994, Yayasan Dompet Dhuafa Republika pun didirikan. Empat orang
pendirinya adalah Parni Hadi, Haidar Bagir, Sinansari Ecip, dan Erie Sudewo.
Sejak itu, Erie Sudewo ditunjuk mengawal Yayasan Dompet Dhuafa dalam
mengumpulkan dan menyalurkan dana Ziswaf dalam wujud aneka program kemanusiaan,
antara lain untuk kebutuhan kedaruratan, bantuan ekonomi, kesehatan, dan
pendidikan bagi kalangan dhuafa.
Kaya Berkah Berlimpah
Dzikri Nur Akbar
Team Umar 009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar