Spirit of Dompet Dhuafa



By  umar 009     Kamis, September 10, 2015    Label:, 



Ismail a said pemuda cerdas & kreatif asal lampung yang memulai karier di jakarta tahun 1971. Di jakarta sebagai pegawai di sebuah perusahaan. Walaupun hanya lulusan SMA ismail adalah anak yg cerdas dan selalu berpikir diluar kotak "out of the box". Ia bekerja dengan penuh semangat & tidak kenal lelah. Namun aktifitasnya sebagai pegawai ia merasa sangat bosan dan monoton. Ia selalu mendapatkan gejolak di hatinya, ia menganggap kerja sebagai pegawai itu seperti robot yg terus menerus berulang setiap harinya. Ia pun memutuskan untuk resign, karena merasa kreatifitasnya mati dan selalu berpikir yg monoton.

Setelah resign dari perusahaan tersebut ismail pun melanglang buana di dunia perbankan. Karena ia cerdas dan kreatif di tahun 1985 ia berprestasi dan di hormati oleh lingkungan kantor. Walaupun disana ia dihormati dan disegani,setelah 9 tahun bekerja di citibank dengan prestasi yg memuaskan,Ismail mendapatkan gejolak lagi,di dalam hatinya berkata "apakah yg saya lakukan ini benar?" , "mengapa syarat bunga yg ada begitu besar?"," Mengapa peraturan" disini tidak adil untuk nasabah?" ,"apakah peraturan ini sah dimata agama?". Usia yg sudah matang ismail pun mendapatkan kesadaran spiritual yg luar biasa. Dengan adanya penolakan dihatinya seperti itu ia pun memutuskan untuk resign kembali, dan akhirnya di tahun 1996 ismail beralih ke bank muamalat. Di bank muamalat ia langsung diangkat menjadi vice president, di bank tersrebut ia berkarier hingga waktunya ia pensiun.

Di tahun 2008 setelah ismail pensiun dan menikmati pensiunnya.Ismail kembali merasa kegiatannya monoton "mentang mentang sudah pensiun bukan berarti harus diam saja kan?" itulah yg ada di benaknya. Lalu ia berfikir dengan usia yg cukup tua apa yg ia bisa kerjakan. Tak berlangsung lama saat ia berpikir untuk memutuskan apa yg harus dikerjakan ,tiba" ismail ditawarkan oleh DD korporat untuk bergabung bersama mereka sebagai amil zakat & ketua DD korporat, dengan usia yg matang dan spiritualnya juga matang ismail menyetujui tawaran tersebut. Di DD korporat ismail merasa senang karena kegiatan yg monoton sudah hilang ,dan sekarang ia harus menghadapi persoalan baru yg butuh kreatifitas. Ismail dengan piawai mengelola segala macam persoalan dengan strategi" jitu ala ismail. Ia mengatur strategi untuk mengirimkan dana ke palestine , membuka jalan di daerah terpencil , membawa bantuan saat gerakan aceh merdeka berlangsung (GAM) , membuka pos pos untuk bantuan" kemanusiaan dan banyak lagi.

Sekilas tentang DD korporat:
Dompet Dhuafa Republika adalah lembaga nirlaba milik masyarakat indonesia yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, serta dana lainnya yang halal dan legal, dari perorangan, kelompok, perusahaan/lembaga). Kelahirannya berawal dari empati kolektif komunitas jurnalis yang banyak berinteraksi dengan masyarakat miskin, sekaligus kerap jumpa dengan kaum kaya. Digagaslah manajemen galang kebersamaan dengan siapapun yang peduli kepada nasif dhuafa. Empat orang wartawan yaitu Parni Hadi, Haidar bagir, S. Sinansari Ecip, dan Eri Sudewo berpadu sebagai Dewan Pendiri lembaga independen Dompet Dhuafa Republika.

AWAL KEHADIRAN

Awalnya adalah sebuah kebetulan, walau sebagai orang yang beriman, kita percaya tidak ada sebuah kebetulan. Semuanya sudah ditentukan oleh Allah, Sang Maha Perekayasa. April 1993, Koran Republika menyelenggarakan promosi untuk surat kabar yang baru terbit tiga bulan itu di stadion Kridosono, Yogyakarta. Di samping sales promotion untuk menarik pelanggan baru, acara di stadion itu juga dimaksudkan untuk menarik minat masyarakat Yogya untuk membeli saham koran umum Harian Republika.

Hadir dalam acara itu Pemimpin Umum/Pemred Republika Parni Hadi, Dai Sejuta Umat, (alm) Zainuddin MZ dan Raja Penyanyi Dangdut H. Rhoma Irama dan awak pemasaran Republika. Memang, acara itu dikemas sebagai gabungan antara dakwah dan entertainment.

Turun dari panggung, rombongan Republika dari Jakarta diajak makan di restoran Bambu Kuning dan di situ bergabung teman-teman dari Corps Dakwah Pedesaan (CDP) di bawah pimpinan Ustadz Umar Sanusi dan binaan pegiat dakwah di daerah miskin Gunung Kidul, (Alm) Bapak Jalal Mukhsin.

Dalam bincang-bincang sambil santap siang, pimpinan CDP melaporkan kegiatan mereka yang meliputi mengajar ilmu pengetahuan umum, ilmu agama Islam dan pemberdayaan masyarakat miskin. Jadi anggota CDP berfungsi all-round: ya guru, dai dan sekaligus aktivis sosial.

Ketika Parni Hadi bertanya berapa gaji atau honor mereka per bulan, dijawab : "Masing-masing menerima enam ribu rupiah sebulan." Kaget, tercengang dan setengah tidak percaya, pimpinan Republika itu bertanya lagi: "Dari mana sumber dana itu?" Jawaban yang diterima membuat hampir semua anggota rombongan kehabisan kata-kata: "Itu uang yang sengaja disisihkan oleh para mahasiswa dari kiriman orang tua mereka." Seperti tercekik, Parni Hadi menukas: "Saya malu, mohon maaf, sepulang dari Yogyakarta ini saya akan membuat sesuatu untuk membantu teman-teman." Zainuddin MZ segera menambahkan: "Saya akan bantu carikan dana."

Mengapa kaget, tercekik dan segera bereaksi? Karena Rp6000 waktu itu jumlah yang kecil untuk ukuran Yogyakarta, apalagi untuk ukuran Jakarta, sangat-sangat kecil. Apalagi, uang itu berasal dari upaya penghematan hidup para mahasiwswa.

Peristiwa itulah yang menginspirasi lahirnya Dompet Dhuafa Republika. Dari penggalangan dana internal, Republika lalu mengajak segenap masyarakat untuk ikut menyisihkan sebagian kecil penghasilannya. Pada 2 Juli 1993, sebuah rubrik di halaman muka Harian Umum Republika dengan tajuk "Dompet Dhuafa" pun dibuka. Kolom kecil tersebut mengundang pembaca untuk turut serta pada gerakan peduli yang diinisiasi Harian Umum Republika. Tanggal ini kemudian ditandai sebagai hari jadi Dompet Dhuafa Republika.

Rubrik "Dompet Dhuafa" mendapat sambutan luar biasa, hal ini ditandai dengan adanya kemajuan yang signifikan dari pengumpulan dana masyarakat. Maka, muncul kebutuhan untuk memformalkan aktivitas yang dikelola Keluarga Peduli di Republika.


Pada 4 September 1994, Yayasan Dompet Dhuafa Republika pun didirikan. Empat orang pendirinya adalah Parni Hadi, Haidar Bagir, Sinansari Ecip, dan Erie Sudewo. Sejak itu, Erie Sudewo ditunjuk mengawal Yayasan Dompet Dhuafa dalam mengumpulkan dan menyalurkan dana Ziswaf dalam wujud aneka program kemanusiaan, antara lain untuk kebutuhan kedaruratan, bantuan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan bagi kalangan dhuafa.




Kaya Berkah Berlimpah

Dzikri Nur Akbar

Team Umar 009

About umar 009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Pengunjung

Flag Counter

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Map