Business Trip- Cirebon (Batik Trusmi)



By  umar 009     Kamis, September 10, 2015    Label:, 


3  RAHASIA SUKSES SALLY GIOVANNY 
MEMBANGUN BATIK TRUSMI, TOKO BATIK TERBESAR DI INDONESIA



Apa yang terlintas di pikiran kita ketika mendengar nama kota Cirebon?
Batik Trusmi, empal gentong, dan nasi jamblang!
Yup, betul sekali. Meski masih banyak sekali ikon-ikon lainnya yang dapat dikaitkan dengan kota Cirebon, tapi ketiga ikon di atas merupakan yang paling terkenal dan paling diminati bagi para wisatawan khususnya pecinta budaya Indonesia: batik dan kuliner nusantara.
Lantas siapa itu Sally Giovany? Seorang muslimah cantik yang juga selalu dikaitkan dengan batik trusmi.

Bagi warga asli kota Cirebon, khususnya yang tinggal di daerah Plered tentunya tidak asing lagi mendengar nama tersebut. Seorang wanita muda enerjik yang sukses dengan bisnisnya di bidang ritel batik. Tiga hari yang lalu, tepatnya tanggal 9 September 2015, penulis bersama rombongan mahasiswa baru kampus bisnis Umar Usman batch 3 mengunjungi usaha batik Trusmi terbesar dan terlengkap milik ibu Sally Giovany tersebut. Dalam workshop kecilnya bersama kami, beliau menceritakan tentang kisah perjuangannya membangun usaha batik Trusmi sehingga menjadi besar dan terkenal seperti sekarang. Bersama itu, beliau juga membagi 3 rahasia sukses untuk mulai merintis usaha yang akan penulis bagi juga di dalam artikel ini.

Kunci sukses pertama, ‘Lakukan apa yang bisa kamu lakukan saat ini!’
Pada tahun 2005 ibu Sally Giovanny memutuskan menikah dengan Ibnu Riyanto di usianya yang baru menginjak 17 tahun.Alasannya menikah muda karena kondisi ekonomi keluarganya yang tidak memungkinkan ia untuk kuliah. Ia juga ingin sekali membahagiakan ibunya yang merupakan single parentdengan tidak membebaninya biaya hidup. Dan satu-satunya jalan yang bisa ia lakukan saat itu adalah menikah. Meski pada mulanya ibunya tidak menyetujui ide pernikahannya, namun melihat kesungguhan putrinya yang terlihat dari kerja kerasnya membantu ibunya jualan dan juga usaha sampingan di luar, akhirnya si Ibu merestuinya.Ketika beliau menikah, banyak orang yang melihatnya dengan sinis dan prihatin mengingat usia mereka yang masih sangat muda dan tanpa pekerjaan yang jelas. Tapi justru dari situlah bu Sally bersama dengan suaminya membulatkan tekad untuk membuktikan kepada semua orang termasuk keluarganya bahwa mereka mampu membangun keluarga dengan baik dan juga bisa hidup sukses.Oleh sebab itu mereka sepakat untuk terjun ke dunia usaha! Meski begitu, pada awal setelah menikah bu Sally memutuskan tinggal di rumah mertuanya. Untuk menghemat biaya hidup kata bu Sally.

Kunci sukses kedua adalah ‘Berani membayar prosesnya
Bermodalkan uang amplop pernikahan yang terkumpul sebesar 15 juta rupiah, bu Sally memulai usahanya dengan membeli kain mori yang merupakan kain dasar untuk membuat batik. Pada mulanya ia hanya menjual kain mori tersebut tanpa terpikir untuk membuat batik, mengingat beliau sama sekali tidak mengerti apapun tentang batik. Sehingga banyak orang yang membeli kain kepadanya untuk dijadikan kain kafan. Tetapi setelah usaha tersebut berjalan 5 bulan, hasilnya justru minus. Modal 3 juta yang digunakan malah habis dan sama sekali tidak berkembang. Ternyata setelah dihitung, uang tersebut banyak digunakan untuk kebutuhan mendadak seperti makan, belanja kebutuhan hidup, serta biaya berobat ketika sakit.

Setelah mengalami kerugian tersebut, bu Sally mengikuti saran dari mertuanya untuk menggunakan kain yang tersisa untuk dibuatkan menjadi batik. Untung saja masih ada sisa modal 12 juta. Ia kemudian menyerahkan kain mori masing-masing 50 meter kepada para pengrajin batik kecil di daerah tempat tinggalnya di Trusmi. Setelah jadi batik, ia kemudian membawanya ke pasar Tanah Abang di Jakarta dengan didampingi suaminya.

Sesampainya di pasar minggu, Setelah pasar buka, bu Sally dan pa Ibnu kemudian menawarkan kain batiknya ke toko-toko, namun tidak ada satupun toko yang mau menerimanya. Dari salah seorang pedagang di sana akhinya mereka mengetahui alasan kenapa barang mereka ditolak. Ternyata para pemilik toko mencurigai mereka sebagai pencuri dan sejenisnya mengingat mereka masih muda namun sudah bisa membawa banyak barang untuk disuplai. Selain itu, model batik yang ditawarkan juga ternyata sudah terlewat musimnya. Jadi sudah tidak ngehits lagi. Akhirnya mereka menyadari kesalahan mereka. Sebelum mulai usaha, harus survey pasar dulu!

Walaupun sedih karena tidak ada satupun kain batiknya yang laku terjual, tapi mereka tidak menyerah. Akhirnya mereka kembali membeli kain mori baru dan menyerahkannya ke pengrajin batik lagi untuk dibuatkan model batik baru seperti contoh yang mereka beli di salah satu pedagang di Tanah Abang.Kain batik dengan model baru yang sudah jadi, mereka bawa lagi ke Tanah Abang untuk ditawarkan ke pedagang di toko-toko. Namun alangkah kagetnya mereka ketika mengetahui sistem pembayaran antara suplaier dengan pemilik toko di pasar Tanah Abang adalah menggunakan giro, yakni dibayar setelah 3 bulan. Hal tersebut dilakukan dengan alasan untuk menghindari kerugian bagi pemilik toko apabila barangnya tidak laku. Namun hal tersebut tentu sangat memberatkan bagi usaha pemula seperti bu Sally dan suaminya, mengingat modal mereka yang semakin menipis. Terlebih resiko barang mereka bisa saja dibawa kabur oleh pedagang/ pemilik toko yang menerima barang mereka. Akhirnya bu Sally brnegosiasi dengan pemilik toko tersebut agar suplai pertama mereka langsung dapat dibayar saat itu juga. Pemilik toko akhirnya menyetujui dengan syarat harga yang ditawarkan dipotong lagi. Bu Sally dan suaminyapun akhirnya menyetujui. Setidaknya bu Sally berpikir, meski keuntungannya semakin kecil, yang penting usahanya bisa jalan dulu.

Dari pendapatannya sebagai suplier, ibu Sally akhirnya bisa membuka toko batik sendiri di daerahnya, Trusmi. Namun karena tokonya kecil, tidak ada seorangpun yang mau datang ke tokonya untuk membeli batik. Apalagi di depan dan di samping tokonya terdapat toko batik yang lebih besar. Oleh sebab itu ia mencari cara agar orang mau mampir ke tokonya dan membeli batik jualannya. Berbekal saran dari motivator fenomenal Tung Desem Waringin yang ia peroleh dari pelatihan yang ia ikuti selama 3 hari, ia pun mencari kelemahan dari para pesaingnya. Setelah mengamati, munculah ide untuk membuat plang tokonya lebih besar dengan slogan ‘Termurah dan Terlengkap’.
Pada mulanya bu Sally dianggap gila karena plang besar yang ia buat dan diletakan di depan tokonya tersebut, mengingat tokonya yang sangat kecil namun plangnya sangat besar. Namun, dari situ akhirnya ia mendapatkan seorang pembeli yang mungkin penasaran dengan slogannya. Dalam beberapa waktu,  pesanan batikpun semakin bertambah, bu Sally pun bisa membuka toko yang lebih besar dengan nama toko Raja Batik.

Kunci yang ketiga adalah ‘Keyakinan yang tak memudar (optimis)
Bu Sally dan suaminya terus berusaha mengembangkan usaha batiknya tanpa kenal menyerah, Bu Sally yakin bahwa usahanya pasti akan sukses dan akan membawa banyak manfaat bagi orang banyak, khususnya warga di daerahnya, Trusmi. Pada akhir 2009, usaha batik bu Sally akhirnya mengalami kemajuan pesat, dimana waktu itu batik telah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia. Tentu hal tersebut berdampak besar bagi para pengusaha batik termasuk bu Sally. Pesanan semakin membludak, tidak hanya dari kota Cirebon, tapi juga di berbagai kota baik di dalam maupun di luar Jawa. Tahun 2011 bu Sally dan suaminya berhasil membuka toko batik terbesar dan terlengkap di kota Cirebon dan se-Indonesia. Toko tersebut kemudian ia namakan Batik Trusmi yang akhirnya menjadi salah satu ikon dari kota Cirebon.


Selang beberapa tahun berikutnya bu Sally membuka cabang di 4 kota besar lainnya, yakni Jakarta, Medan, Surabaya, dan Bandung. Kini bu Sally dan suaminya membentuk jaringan usaha yang dinamakan Trusmi Group. Tidak hanya bergerak di bidang ritel batik dan fashion, namun juga merambah di bidang properti, rental mobil, dan juga kuliner khas Cirebon.(hasil wawancara penulis dan kelompok Umar 009 dengan bapak Herdian selaku asisten manajer bidang marketing)


Sabar menunggu hujan, pasti dibalas hujan nan terang,
Langkah ke seribu berawal dari langkah kesatu.

(Sally Giovanny)








Kaya Berkah Berlimpah

Boss Kiki Kamelia

Team Umar 009

About umar 009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Pengunjung

Flag Counter

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Map