3 RAHASIA SUKSES SALLY
GIOVANNY
MEMBANGUN BATIK TRUSMI, TOKO BATIK TERBESAR DI INDONESIA
Apa yang
terlintas di pikiran kita ketika mendengar nama kota Cirebon?
Batik Trusmi, empal
gentong, dan nasi jamblang!
Yup, betul
sekali. Meski masih banyak sekali ikon-ikon lainnya yang dapat dikaitkan dengan
kota Cirebon, tapi ketiga ikon di atas merupakan yang paling terkenal dan
paling diminati bagi para wisatawan khususnya pecinta budaya Indonesia: batik
dan kuliner nusantara.
Lantas siapa itu
Sally Giovany? Seorang muslimah cantik yang juga selalu dikaitkan dengan batik
trusmi.
Bagi
warga asli kota Cirebon, khususnya yang tinggal di daerah Plered tentunya tidak
asing lagi mendengar nama tersebut. Seorang wanita muda enerjik yang sukses
dengan bisnisnya di bidang ritel batik. Tiga hari yang lalu, tepatnya tanggal 9
September 2015, penulis bersama rombongan mahasiswa baru kampus bisnis Umar
Usman batch 3 mengunjungi usaha batik Trusmi terbesar dan terlengkap milik ibu Sally
Giovany tersebut. Dalam workshop kecilnya bersama kami, beliau menceritakan
tentang kisah perjuangannya membangun usaha batik Trusmi sehingga menjadi besar
dan terkenal seperti sekarang. Bersama itu, beliau juga membagi 3 rahasia
sukses untuk mulai merintis usaha yang akan penulis bagi juga di dalam artikel
ini.
Kunci
sukses pertama, ‘Lakukan apa yang bisa
kamu lakukan saat ini!’
Pada
tahun 2005 ibu Sally Giovanny memutuskan menikah dengan Ibnu Riyanto di usianya
yang baru menginjak 17 tahun.Alasannya menikah muda karena kondisi ekonomi
keluarganya yang tidak memungkinkan ia untuk kuliah. Ia juga ingin sekali
membahagiakan ibunya yang merupakan single
parentdengan tidak membebaninya biaya hidup. Dan satu-satunya jalan yang
bisa ia lakukan saat itu adalah menikah. Meski pada mulanya ibunya tidak
menyetujui ide pernikahannya, namun melihat kesungguhan putrinya yang terlihat
dari kerja kerasnya membantu ibunya jualan dan juga usaha sampingan di luar,
akhirnya si Ibu merestuinya.Ketika beliau menikah, banyak orang yang melihatnya
dengan sinis dan prihatin mengingat usia mereka yang masih sangat muda dan
tanpa pekerjaan yang jelas. Tapi justru dari situlah bu Sally bersama dengan
suaminya membulatkan tekad untuk membuktikan kepada semua orang termasuk
keluarganya bahwa mereka mampu membangun keluarga dengan baik dan juga bisa
hidup sukses.Oleh sebab itu mereka sepakat untuk terjun ke dunia usaha! Meski
begitu, pada awal setelah menikah bu Sally memutuskan tinggal di rumah
mertuanya. Untuk menghemat biaya hidup kata bu Sally.
Kunci
sukses kedua adalah ‘Berani membayar
prosesnya’
Bermodalkan
uang amplop pernikahan yang terkumpul sebesar 15 juta rupiah, bu Sally memulai
usahanya dengan membeli kain mori yang merupakan kain dasar untuk membuat
batik. Pada mulanya ia hanya menjual kain mori tersebut tanpa terpikir untuk
membuat batik, mengingat beliau sama sekali tidak mengerti apapun tentang
batik. Sehingga banyak orang yang membeli kain kepadanya untuk dijadikan kain
kafan. Tetapi setelah usaha tersebut berjalan 5 bulan, hasilnya justru minus.
Modal 3 juta yang digunakan malah habis dan sama sekali tidak berkembang.
Ternyata setelah dihitung, uang tersebut banyak digunakan untuk kebutuhan
mendadak seperti makan, belanja kebutuhan hidup, serta biaya berobat ketika
sakit.
Setelah
mengalami kerugian tersebut, bu Sally mengikuti saran dari mertuanya untuk
menggunakan kain yang tersisa untuk dibuatkan menjadi batik. Untung saja masih
ada sisa modal 12 juta. Ia kemudian menyerahkan kain mori masing-masing 50
meter kepada para pengrajin batik kecil di daerah tempat tinggalnya di Trusmi.
Setelah jadi batik, ia kemudian membawanya ke pasar Tanah Abang di Jakarta
dengan didampingi suaminya.
Sesampainya di pasar minggu, Setelah pasar buka, bu
Sally dan pa Ibnu kemudian menawarkan kain batiknya ke toko-toko, namun tidak
ada satupun toko yang mau menerimanya. Dari salah seorang pedagang di sana
akhinya mereka mengetahui alasan kenapa barang mereka ditolak. Ternyata para
pemilik toko mencurigai mereka sebagai pencuri dan sejenisnya mengingat mereka
masih muda namun sudah bisa membawa banyak barang untuk disuplai. Selain itu,
model batik yang ditawarkan juga ternyata sudah terlewat musimnya. Jadi sudah
tidak ngehits lagi. Akhirnya mereka
menyadari kesalahan mereka. Sebelum mulai usaha, harus survey pasar dulu!
Walaupun
sedih karena tidak ada satupun kain batiknya yang laku terjual, tapi mereka
tidak menyerah. Akhirnya mereka kembali membeli kain mori baru dan menyerahkannya
ke pengrajin batik lagi untuk dibuatkan model batik baru seperti contoh yang
mereka beli di salah satu pedagang di Tanah Abang.Kain batik dengan model baru yang
sudah jadi, mereka bawa lagi ke Tanah Abang untuk ditawarkan ke pedagang di
toko-toko. Namun alangkah kagetnya mereka ketika mengetahui sistem pembayaran
antara suplaier dengan pemilik toko di pasar Tanah Abang adalah menggunakan
giro, yakni dibayar setelah 3 bulan. Hal tersebut dilakukan dengan alasan untuk
menghindari kerugian bagi pemilik toko apabila barangnya tidak laku. Namun hal
tersebut tentu sangat memberatkan bagi usaha pemula seperti bu Sally dan
suaminya, mengingat modal mereka yang semakin menipis. Terlebih resiko barang
mereka bisa saja dibawa kabur oleh pedagang/ pemilik toko yang menerima barang
mereka. Akhirnya bu Sally brnegosiasi dengan pemilik toko tersebut agar suplai
pertama mereka langsung dapat dibayar saat itu juga. Pemilik toko akhirnya
menyetujui dengan syarat harga yang ditawarkan dipotong lagi. Bu Sally dan
suaminyapun akhirnya menyetujui. Setidaknya bu Sally berpikir, meski keuntungannya
semakin kecil, yang penting usahanya bisa jalan dulu.
Dari
pendapatannya sebagai suplier, ibu Sally akhirnya bisa membuka toko batik
sendiri di daerahnya, Trusmi. Namun karena tokonya kecil, tidak ada seorangpun
yang mau datang ke tokonya untuk membeli batik. Apalagi di depan dan di samping
tokonya terdapat toko batik yang lebih besar. Oleh sebab itu ia mencari cara
agar orang mau mampir ke tokonya dan membeli batik jualannya. Berbekal saran
dari motivator fenomenal Tung Desem Waringin yang ia peroleh dari pelatihan
yang ia ikuti selama 3 hari, ia pun mencari kelemahan dari para pesaingnya.
Setelah mengamati, munculah ide untuk membuat plang tokonya lebih besar dengan
slogan ‘Termurah dan Terlengkap’.
Pada
mulanya bu Sally dianggap gila karena plang besar yang ia buat dan diletakan di
depan tokonya tersebut, mengingat tokonya yang sangat kecil namun plangnya
sangat besar. Namun, dari situ akhirnya ia mendapatkan seorang pembeli yang
mungkin penasaran dengan slogannya. Dalam beberapa waktu, pesanan batikpun semakin bertambah, bu Sally
pun bisa membuka toko yang lebih besar dengan nama toko Raja Batik.
Kunci
yang ketiga adalah ‘Keyakinan yang tak
memudar (optimis)’
Bu
Sally dan suaminya terus berusaha mengembangkan usaha batiknya tanpa kenal
menyerah, Bu Sally yakin bahwa usahanya pasti akan sukses dan akan membawa
banyak manfaat bagi orang banyak, khususnya warga di daerahnya, Trusmi. Pada
akhir 2009, usaha batik bu Sally akhirnya mengalami kemajuan pesat, dimana
waktu itu batik telah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya
dunia asli Indonesia. Tentu hal tersebut berdampak besar bagi para pengusaha
batik termasuk bu Sally. Pesanan semakin membludak, tidak hanya dari kota
Cirebon, tapi juga di berbagai kota baik di dalam maupun di luar Jawa. Tahun
2011 bu Sally dan suaminya berhasil membuka toko batik terbesar dan terlengkap
di kota Cirebon dan se-Indonesia. Toko tersebut kemudian ia namakan Batik
Trusmi yang akhirnya menjadi salah satu ikon dari kota Cirebon.
Selang
beberapa tahun berikutnya bu Sally membuka cabang di 4 kota besar lainnya,
yakni Jakarta, Medan, Surabaya, dan Bandung. Kini bu Sally dan suaminya
membentuk jaringan usaha yang dinamakan Trusmi Group. Tidak hanya bergerak di
bidang ritel batik dan fashion, namun juga merambah di bidang properti, rental
mobil, dan juga kuliner khas Cirebon.(hasil wawancara penulis dan kelompok Umar
009 dengan bapak Herdian selaku asisten manajer bidang marketing)
Sabar
menunggu hujan, pasti dibalas hujan nan terang,
Langkah
ke seribu berawal dari langkah kesatu.
(Sally Giovanny)
Kaya Berkah Berlimpah
Boss Kiki Kamelia
Boss Kiki Kamelia
Team Umar 009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar